BERITA

Dari Raja Ampat Kita Belajar, Saatnya Pemuda Rembang Melek Lingkungan

Dari Raja Ampat Kita Belajar, Saatnya Pemuda Rembang Melek Lingkungan

Rembang - Belakangan ini, jagat maya dan media dipenuhi kabar mengejutkan dari Raja Ampat, surga tropis yang selama ini kita banggakan sebagai wajah keindahan Indonesia di mata dunia. Sayangnya, bukan soal keindahan alamnya yang viral, tapi luka yang ditorehkan oleh aktivitas tambang nikel di kawasan itu. Tempat yang seharusnya kita jaga justru rusak karena kepentingan ekonomi yang jangka panjangnya belum tentu sebanding dengan kerusakan alam yang ditinggalkan.

Sebagai generasi muda, khususnya mahasiswa, ini bukan sekadar berita lewat yang kita lirik lalu skip. Ini peringatan keras bahwa kalau kita cuek, satu per satu warisan alam kita akan hancur dan kita cuma bisa jadi saksi yang menyesal di akhir.

Raja Ampat bukan sekadar cerita dari Papua. Itu cerminan dari apa yang bisa saja terjadi di daerah kita, termasuk Rembang, kalau kesadaran lingkungan cuma jadi wacana. Kita udah sering lihat: sampah makin menumpuk, alih fungsi lahan makin gila-gilaan, dan garis pantai kita terus tergerus. Tapi, pertanyaannya: kita, generasi muda, udah ngapain?

Sebagai alumni mahasiswa STAI Al-Hidayat Lasem dan kader PMII Rembang, saya percaya bahwa tugas kita bukan cuma diskusi di ruang kelas atau berdebat soal teori. Kita harus hadir di tengah masyarakat, jadi motor penggerak perubahan, termasuk dalam hal pelestarian lingkungan. Karena jujur aja, krisis lingkungan ini bukan cuma soal “pohon dan laut”, tapi soal masa depan. Soal makanan yang kita makan, udara yang kita hirup, dan dunia yang bakal kita wariskan ke anak cucu nanti.

Generasi Z dikenal sebagai generasi yang kritis, peduli sosial, dan cepat tanggap. Tapi semua itu akan sia-sia kalau kita diam ketika bumi kita disakiti. Kita harus mulai dari hal kecil: kurangi sampah plastik, aktif di gerakan lingkungan kampus, edukasi teman sebaya, dan berani bersuara saat ada proyek atau kebijakan yang mengancam kelestarian alam.

Jangan nunggu jadi korban dulu baru kita sadar. Apa yang terjadi di Raja Ampat bisa jadi pengingat, bahwa saat kita biarkan alam rusak, kita sedang membiarkan masa depan kita ikut hancur.

Mari kita jadi generasi yang nggak cuma update soal tren, tapi juga peka soal lingkungan. Karena menjaga alam bukan cuma urusan aktivis, ini tanggung jawab kita semua.

Alam nggak butuh kita. Tapi kita butuh alam. Jadi, rawat sebelum terlambat.

Oleh: Zubairul Kamal I'tazza , alumni mahasiswa STAI Al-Hidayat Lasem, Kader PMII Rembang